Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih
Merpati Putih (MP) merupakan salah satu perguruan pencak
silat bela diri Tangan Kosong (PPS Betako) dan merupakan salah satu aset budaya
bangsa, mulai terbentuk aliran jenis beladiri ini pada sekitar tahun 1550-an
dan perlu dilestarikan serta dikembangkan selaras dengan perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi dewasa ini. Saat ini MP merupakan
salah satu anggota Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) dan Martial
Arts Federation For World Peace (MAFWP) serta Persekutuan Pencak Silat Antar
Bangsa atau PERSILAT (International Pencak Silat Federation).
Arti Nama dan Motto dari Merpati Putih itu sendiri adalah suatu singkatan dalam
bahasa Jawa, yaitu:
Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening yang dalam
bahasa Indonesia berarti "Mencari sampai mendapat Kebenaran dengan
Ketenangan" sehingga diharapkan seorang Anggota Merpati Putih akan
menyelaraskan hati dan pikiran dalam segala tindakannya. Selain itu PPS Betako
Merpati Putih mempunyai motto: "Sumbangsihku tak berharga, namun
Keikhlasanku nyata".
Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih atau
disingkat PPS Betako Merpati Putih didirikan pada tanggal 2 April 1963 di
Yogyakarta. Jauh pada masa sebelumnya, ilmu Merpati Putih diwariskan secara
turun-temurun di lingkungan keluarga pada masa Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun
Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Sri Susuhunan Amangkurat II, pendiri
sekaligus raja pertama Kasunanan Kartosuro yang memerintah pada tahun 1677 s.d.
1703.
Karena kondisi yang ditimbulkan oleh penjajah kolonial Belanda
pada saat itu, Pangeran Prabu Amangkurat II mengadakan pengungsian di daerah
Bagelen, wilayah terpencil di Yogyakarta, bersama cicit perempuannya, yaitu
R.A. Djojoredjoso. kemudian mewariskan
ilmunya kepada tiga orang putranya, yaitu Gagak Handoko, Gagak Samudro dan Gagak
Seto, menurut spesialisasinya masing-masing. Gagak Samudro diwarisi ilmu
pengobatan, Gagak Seto diwarisi ilmu sastra dan Gagak Handoko diwarisi seni
beladiri.
Lewat Raden Gagak
Handoko inilah garis sejarah warisan ilmu yang dikenal sebagai Merpati Putih
tidak terputus. Beliau sadar akan usia ketuaannya yang tidak sanggup lagi
melanjutkan pengembangannya, maka beliau memberi mandat penuh dan amanat kepada
keturunannya, yaitu R. Bongso Permono Ing Ngulakan Wates, untuk melanjutkan
perkembangan perguruan. Dan setelah Gagak Handoko menyerahkan tumpuk
kepemimpinan perguruan, beliau lalu pergi menyepi bertapa hingga sampai
meninggalnya di Gunung Jeruk.
R. Bongso Permono,
menurunkan ilmunya kepada keturunannya yaitu R.M. Wongso Widjojo dan kemudian
mengikuti jejak ayahnya mencari kesempurnaan. Karena tidak mempunyai keturunan,
R.M. Wongso Widjojo mengambil murid yang kebetulan dalam keluarga masih ada
hubungan cucu yang bernama R. Saring Siswo Hadi Poernomo. Dari R. Saring Siswo
Hadi Poernomo ilmu beladiri ini kemudian diturunkan kepada dua orang putranya,
yaitu Poerwoto Hadi Poernomo dan Budi Santoso Hadi Poernomo.
Pada tahun 1962, R.
Saring Siswo Hadi Poernomo mengamanahkan kepada pewarisnya agar ilmunya
disebarluaskan. Kedua pewaris yang juga puteranya, yaitu Poerwoto Hadi Poernomo
(Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi Poernomo (Mas Budi) bertekad mengambil
langkah nyata dalam pengabdian kepada bangsa dan negara Republik Indonesia
dengan mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu yang dimiliki keluarga untuk
kepentingan nasional. Untuk itu pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta
didirikan perguruan dengan nama PPS Betako Merpati Putih.
Merpati Putih
berkembang cukup pesat, terutama sejak mendapat kepercayaan untuk melatih
anggota ABRI. Diawali dengan melatih anggota Seksi I Korem 072 Pamungkas dan
anggota Batalyon 403 Diponegoro.
Pada tahun 1968
Merpati Putih ekspansi ke luar Yogyakarta, yang pertama di Madiun, hingga
berkembang ke Pusdik Brimob Polri di Jawa Timur. Pada tahun 1976 Merpati Putih
melatih anggota Pasukan Pengawal Presiden dan dilanjutkan pada tahun 1977
melatih anggota Komando Pasukan Sandi Yudha yang di kemudian hari berubah nama
menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Ada dua belas
tingkatan di dalam PPS Betako Merpati Putih ini. Tingkatan-tingkatan dalam PPS
Betako Merpati Putih dimulai dengan:
- Tingkat Dasar I, tingkatan pertama masih berstatus calon anggota, walaupun telah berseragam baju Merpati Putih, celana hitam, kerah baju merah dengan label nama diri di dada namun sabuk masih putih polos.
- Tingkat Dasar II, tingkatan kedua dan seterusnya telah memakai seragam anggota tanpa nama diri dengan lambang IPSI dan lambang Merpati Putih di dada serta bersabuk merah polos.
- Tingkat Balik I, sabuk merah (tanpa strip) dengan lambang Merpati Putih di salah satu ujungnya.
- Tingkat Balik II, sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip merah di salah satu ujungnya.
- Tingkat Kombinasi I, sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip jingga di salah satu ujungnya.
- Tingkat Kombinasi II, sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip kuning di salah satu ujungnya.
- Tingkat Khusus I (Khusus Tangan), sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip hijau di salah satu ujungnya.
- Tingkat Khusus II (Khusus Kaki), sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip biru di salah satu ujungnya.
- Tingkat Khusus III (Khusus Badan), sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip nila di salah satu ujungnya.
- Tingkat Kesegaran, sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip ungu di salah satu ujungnya.
- Tingkat Inti I, sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip putih di salah satu ujungnya.
- Tingkat Inti II, sabuk merah dengan lambang Merpati Putih dan berstrip merah dan putih di salah satu ujungnya.
Daftar Pustaka :
0 Response to "Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih"
Post a Comment